sultan ageng

Sultan Ageng Tirtayasa atau Abu’l Fath Abdulfatah lahir pada tahun 1631 di Banten, Ia adalah putra Sultan Abdul Ma’ali Ahmad. Sultan Ageng Tirtayasa diangkat sebagai raja ketika berumur dua puluh tahun, menggantikan ayahnya yang meninggal dunia. Pada awal masa pemerintahannya pada tahun 1651, Belanda sedang berusaha mengembangkan kekuasaannya di beberapa daerah Nusantara. Termasuk di Kerajaan Banten.

Sultan Ageng Tirtayasa melakukan perlawanan untuk mencegah berkembangnya kekuasaan Belanda di Banten. Ia mulai melancarkan serangan-serangan  terhadap pos-pos Belanda. Belanda berhasil masuk ke Banten dengan melakukan politik adu domba yang biasa digunakan. Ketika sedang terjadi perselisihan antara dua orang putra Sultan Ageng, Sultan Haji dan pangeran Purbaya. Belanda langsung mengambil kesempatan  dengan ikut campur dan bersekutu dengan Sultan Haji yang merupakan pro-Belanda. Rakyat pun terbagi menjadi dua, antara lain yang pro kepada Sultan haji dan pro kepada Sultan Ageng dan pangeran purbaya.

Pada bulan Februari 1682 terjadi perperangan antara kedua kubu di Sorosowan, Belanda kemudian mengirimkan pasukanya untuk membantu Sultan Haji melawan pasukan Sultan Ageng. Pasukan Sultan Ageng berhasil berhasil menduduki istana Sultan haji. Belanda kemudian kembali melakukan penyerangan dengan terus menambah jumlah pasukannya dengan senjata lengkap. Sultan Ageng dan pasukannya semakin terdesak tetapi tetap terus melakukan perlawanan bersama pasukannya.

Pada tahun 1683 kemudian belanda berhasil menangkap Sultan Ageng Tirtayasa dan dibawa kepenjara di Batavia (Jakarta) dan kemudian meninggal dunia di sana. Pada tahun 1692 jenazah Sultan Ageng di pulangkan ke Banten atas permintaan rakyat dan petinggi Banten yang kemudian di makamkan di sebelah Utara Masjid Agung Banten.