sultan hasannudin

Sultan Hasannudin lahir di Ujung Pandang, Makasar, Sulawesi Selatan pada tanggal 1631, Ia memiliki nama lain yaitu I Mallambasi dan Muhammad Bakir. Ayahnya bernama Muhammad Said yang menjadi raja Goa ketika ia berumur delapan tahun. ia banyak menghabiskan masa kanak-kanak dangan banyak mendalami ilmu pengetahuan dan juga ilmu agama, ia bergaul dengan semua kalangan termasuk rakyat biasa.

Sultan Hasannudin sering diutus oleh ayahnya ke kerajaan lain di Indonesia seperti Banten dan Mataram, untuk menjalin kerjasama di bidang perdagangan dan pertahanan. Pada masa itu, Kerajaan Goa merupakan sebuah kerajaan besar di wilayah timur nusantara yang menguasai lalu lintas perdagangan. Hingga VOC yang merupakan perusahaan serikat dagang Belanda bermaksud untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah di Goa. Kedatangan Belanda yang mendirikan perusahaan di Goa dan memonopoli perdagangan dianggap sebagai sebuah ancaman yang akan mengancam kehidupan ekonomi kerajaan Goa.

Setelah Sultan Hasannudin di angkat menjadi raja ia mulai menunjukkan sikap ketidaksukaannya terhadap Belanda dan berupaya menggabungkan beberapa kerajaan kecil di Indonesia bagian timur untuk bersama-sama melawan Belanda. Tahun 1660 meletus perang antara Goa dengan Belanda yang berakhir dengan perjanjian damai kedua pihak. Tapi perjanjian itu kembali batal pada tahun 1666 karena kerajaan Goa merasa perjanjian itu sangat merugikan Goa sendiri. Maka pada tahun itu kembali meletus perang, Belanda dibawah pimpinan Cornelis Spelman mengimkan pasukan dalam jumlah besar untuk menyerang Goa. Belanda juga dibantu oleh beberapa kerajaan kecil di wilayah timur indonesia yang berhasil dipengaruhinya untuk membantu menyerang Goa.

Spelman beserta pasukannya berangkat dari Batavia (Jakarta sekarang) menuju Goa untuk melakukan penyerangan, perlawanan yang dilakukan oleh Sultan Hasannudin cukup sengit, sehingga peperangan kedua itu kembali berakhir dengan perjanjian damai karena tidak mampu menaklukkan Goa sepenuhnya, tetapi beberapa benteng berhasil jatuh ketangan belanda. perjanjian damai itu disebut dengan perjanjian Bogaya yang diadakan pada tanggal 18 November 1667.

Perjanjian Bogaya juga tidak mampu bertahan lama, karena lagi-lagi perjanjian itu merugikan kerajaan Goa secara ekonomi. Pada 1668 Sultan Hasannudin kembali mengobarkan perang terhadap Belanda. Karena perlawanan yang sangat kuat dari biasanya, panglima perang Belanda di Goa Cornelis Spelman terpaksa meminta bala bantuan dari Batavia dan akkhirnya pada 24 Juni 1668 benteng Sombaopu yang merupakan benteng pertahanan terakhir Goa berhasil di duduki Belanda dan membuat kekuasaan Sultan Hasannudin semakin lemah.

Sultan Hasannudin adalah seorang pemimpin pasukan pejuang kemerdekaan yang tidak pernah tunduk pada Belanda sampai akhir hidupnya, karena kegigihannya melawan dan mengobarkan perang, pihak Belanda kemudian menyebutnya sebagai “Ayam jantan dari Timur.” Setelah perang berakhir ia kemudian turun tahta dan digantikan anaknya Sultan Amir hamzah. Sultan Hasanudin meninggal pada 12 Juni 1670.