Sutan Syahrir lahir pada tanggal 5 Maret 1909, di Padang Panjang, Sumatera Barat. Setelah menamatkan sekolahnya di ELS Medan, ia kemudian melanjutkan ke MULO (setingkat SMP) dan di AMS (setingkat SMU) bagian A di Bandung. Pada tahun 1929 Sutan Syahrir berangkat ke negeri Belanda untuk mengikuti kuliah ilmu hukum, akan tetapi tidak sampai tamat. Dua tahun kemudian ia kembali ke tanah air dan ikut mendirikan Jong Indonesie yang kemudian berganti nama menjadi Pemoeda Indonesia.
Setelah PNI dibubarkan, bersama Muhammad Hatta ia mendirikan Partai Pendidikan Nasional Indonesia Baru (PNI-Baru). Partai ini dijadikan sebagai wadah untuk mendidik kader-kader pemimpin dan menanamkan kesadaran politik kepada rakyat. Pada tahun 1932, ia juga di tunjuk sebagai Ketua Sentral Persatuan Buruh Indonesia.
Karena kegiatan politiknya yang dianggap memprovokasi rakyat, pada tahun 1934 ia ditangkap dan dipenjara di Cipinang, jakarta. Pada tahun 1935, ia kemudian di buang ke Digul, Irian Jaya, kemudian dipindahkan lagi ke Banda Neira dan akhirnya pada Februari 1942 ke Suka Bumi, Jawa Barat.
Pada masa pendudukan Jepang, ia sama sekali tidak mau tunduk dan bekerja sama. Ia memimpin pergerakan bawah tanah menentang tentara pendudukan itu. Ketika Jepang menyerah pada sekutu, ia juga mendesak Sukarno dan Mohammad Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, ia menjadi Ketua Badan Pekerja Komite nasional Indonesia Pusat. pada bulan Nopember 1945, ia diangkat menjadi perdana menteri, memimpin kabinet parlementer dan tercatat sebagai perdana menteri termuda di dunia pada masa itu. Jabatan sebagai perdana menteri tersebut diembannya selama tiga kali berturut-turut.
Sutan Syahrir banyak melakukan perjuangan melalui diplomasi untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan Republik Indonesia di mata dunia umumnya dan Belanda khususnya. ketika Belanda melancarkan agresi militernya pada bulan Juli 1947, Sutan Syahrir melakukan diplomasi di PBB (perserikatan Bangsa Bangsa) mendesak dunia internasional untuk agar meminta Belanda untuk henghentikan agresi militernya di Indonesia.
Sejak tahun 1950, setelah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia, ia tidak lagi duduk dalam pemerintahan. ia giat membina partainya (Partai Sosialis Indonesia), selain itu ia juga gencar mengkritik kebijakan pemerintahan orde lama. Hingga atas hasutan PKI kepada Presiden Sukarno, ia akhirnya dijebloskan ke penjara. Selama bertahun dalam penjara ia menderita sakit, hingga Pemerintah Indonesia memberikannya izin untuk berobat ke Zurich, Swiss. pada tanggal 9 April 1966, ia tidak dapat tertolong lagi dan meninggaldunia di rumah sakit Zurich, Swiss. Jenazahnya kemudian dipulangkan ke tanah air dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.