Muhammad Saleh atau lebih dikenal dengan Tuanku Tambusai lahir pada 5 November 1784 di Dalu-dalu, Kampar, Riau. Dari kecil ia sudah belajar agama, ayahnya Tuanku Imam Mualana Kali adalah seorang pejabat tinggi agama di kerajaan Tambusai. Ketika memperdalam ilmu agamanya, Tuanku Tambusai menuju Bonjol dan belajar pada beberapa ulama paderi dan disana ia bertemu dengan Tuanku Imam Bonjol.
Ketika perang Paderi melawan Belanda, ia bergabung dengan Tuanku Rao dan mendirikan benteng pertahanan di Rao. Pada bulan September 1832 benteng tersebut berhasil diduduki Belanda. ia kemudian membawa pasukannya ke Tapanuli Selatan dan memimpin pasukan setelah Tuanku Rao meninggal dalam pertempuran di Airbangis dan pada tahun 1834 ia membangun benteng di Dalu-dalu.
Tuanku Tambusai merupakan
ancaman yang cukup merepotkan pihak Belanda, ia memiliki peranan besar
didalam perang Paderi. Ia berhasil menghancurkan benteng Belanda Fort
Amerangen. Pada tahun 1835 pasukannya mengepung Belanda di Rao dan Lubuk
Sikaping yang membuat hubungan antara pasukan Belanda terputus. Ia banyak
melancarkan serangan-serangan terhadap pos militer Belanda di Tapanuli
Selatan dan membuat pertahanan Belanda terpecah.
Tuanku Tambusai tidak pernah mau bekerja sama dan berdamai dengan Belanda meskipun Bonjol telah berhasil diduduki Belanda. Pada awal tahun 1838 pasukan Belanda menyerang Dalu-dalu tempat benteng-benteng Tuanku Tambusai. Belanda mengepung Dalu-dalu dari dua arah yaitu dari Pasir Pangarayan dan Tapanuli Selatan. Namun Belanda tidak bisa menembus benteng pertahanan Dalu-dalu yang yang berlapis-lapis. Serangan selanjutnya dilancarkan Belanda pada Mei 1838, Belanda berhasil menduduki beberapa benteng, tetapi belum dapat menguasai Dolu-dolu sepenuhnya. Pada 28 Desember 1838 Belanda berhasil merebut benteng Dalu-dalu, dalam serangan itu Tuanku Tambusai berhasil meloloskan diri dari kepungan Belanda melewati pintu rahasia dan kemudian mengungsi ke Malaysia dan kemudian wafat pada tanggal 12 Nopember 1882 di Seramban, Negeri Sembilan, Malaysia.