Tamu Licik
Rumah yang berkah adalah rumah
yang sering dikunjungi tamu. Maka senanglah bila banyak orang sering bertamu ke
rumah Anda. Itu sebabnya apabila sudah lama tak ada yang bertamu saya akan
undang teman-teman untuk makan-makan di rumah saya. Bahkan saya menyiapkan
kamar untuk teman-teman yang hendak menginap.
Namun demikian, menerima tamu
tak boleh sembarangan asal menerima. Terutama bagi seorang istri yang suaminya
tak ada di rumah, ia tak patut menerima tamu laki-laki yang bukan saudaranya.
Selain itu tak diperkenankan agama, itu akan membuat perasaan suami tidak
nyaman. Pencegahan hal-hal yang tidak diinginkan tentu jauh lebih baik.
Dikisahkan seorang perempuan
menerima tamu laki-laki saat suaminya tak ada di rumah. Sang suami sedang di
perjalanan terjebak macetnya Jakarta. Akhirnya dengan berat hati sang istri
mempersilakan lelaki itu menunggu di ruang tamu. Setelah sekian lama ngobrol
pikiran jahat lelaki muncul dan mulailah ia merayu tuan rumah, “Kamu cantik
banget, pasti suamimu happy.”
Sang perempuan menjawab,
“Hayo, dilarang merayu istri orang!” Lelaki itu segera berkata, “Bener kok kamu
memang cantik. Nah, boleh gak aku cium pipi kamu sebentar saja, kalau mau aku
bayar satu juta.” Perempuan tuan rumah ini mulai berpikir, “Hah! Satu juta,
cuma cium pipi sebentar saja. Kayaknya gak papa, deh.”
Maka sang istri kemudian
berkata, “Benar ya cuma sebentar, silakan.” Maka lelaki itu langsung mencium
pipi tuan rumah sebentar saja. Namun akal bulusnya tak berhenti, “Nah ini aku
masih punya satu juta, bagaimana kalau aku cium pipi sebelahnya lagi.” Karena
pengalaman sebelumnya benar-benar cuma sebentar maka perempuan itu merelakan
untuk dicium lagi. “Lumayan dua juta,” bisiknya dalam hati.
Karena menunggu sang suaminya
tak kunjung datang maka lelaki itu hendak pamitan. Dan sebelum pamitan ia
berkata kepada istri temannya, “Tadi kan sudah dua juta dikasih bonus dong
ciuman sekali lagi.” Tanpa ragu-ragu perempuan itu langsung mencium tamunya.
Selang beberapa lama tamu
pulang sang suami datang. Istrinya langsung berkata, “Pak, tadi temanmu datang,
menunggu kamu kelamaan jadi sudah pulang.” Sang suami menjawab, “Ia memang ia
sudah janjian sama saya. Dulu dia nakal banget lho, mama. Sekarang,
alhamdulillah, dia sudah baik. Buktinya ia punya hutang ke papa dua juta dan
dia datang untuk membayar. Katanya dititipin ke mama, ya?”