Cara Pandang yang Berbeda

Kurikulum terbaru di sekolah mengajarkan agar anak-anak lebih kreatif. Jawaban atas pertanyaan atau soal kini lebih terbuka, bukan sekadar pilihan berganda.

Dikisahkan, suatu hari di sebuah sekolah menengah seorang guru bertanya kepada muridnya, “Anak-anak apa yang sangat diperlukan oleh kalian apabila saat dewasa nanti kalian ingin berbisnis?”

Seorang murid menjawab, “Teman bu guru.” Sang guru meluruskan, “Salah anakku, yang terpenting itu modal. Kalau kamu gak punya modal kamu gak akan bisa bisnis.” Maka muridnya kemudian menyanggah, “Kan saya punya banyak teman yang kaya, bu. Saya bisa pinjam atau bisnis barengan sama teman saya.”

Guru itu kemudian menjelaskan, “Jawabanmu masih kurang tepat. Yang tepat adalah modal. Tetapi ibu sangat menghargai cara pandang yang berbeda dari kamu.”

Sang murid kemudian gantian bertanya, “Bu guru, ada tiga wanita sedang makan es krim. Wanita pertama makan es krimnya digigit sekaligus dengan tempatnya. Wanita kedua makannya dikunyah sedikit-sedikit. Wanita ketiga memakannya dengan cara dijilat-jilat dan dikulum. Menurut ibu, wanita mana yang sudah menikah?”

Mendengar pertanyaan tersebut ibu guru agak sedikit kaget. Ia lalu berkata, “Hemmm… yang mana, ya? Menurut ibu sih wanita yang ketiga.” Sang murid segera menjawab, “Jawaban ibu kurang tepat. Yang benar adalah wanita yang memakai cincin kawin. Tetapi saya sangat menghargai cara pandang yang berbeda dari bu guru.”

Hehehehe… Selamat membaca dan memahami dengan cara pandang yang berbeda.

Salam SuksesMulia!